Awareness


Seorang lelaki pada suatu hari menemukan sebuah telur burung rajawali dan dia meletakkan telur itu bersama dengan telur-telur ayam di sarang seekor induk ayam peliharaan yang sedang mengeram. Telur itu menetas bersama telur ayam yang lain, dan anak burung itu tumbuh bersama anak-anak ayam diasuh oleh induk ayam itu.

Selama hidupnya burung rajawali itu bertingkah laku seperti ayam, dan menganggap dirinya ayam peliharaan. Dia mengais tanah untuk mencari cacing dan serangga. Dia berkotek dan berkokok. Dia akan mengepak-ngepakkan sayapnya dan terbang beberapa meter di udara.

Tahun berlalu dan burung rajawali itu menjadi tua. Suatu hari dia melihat seekor burung yang sangat gagah terbang di angkasa yang tak berawan. Burung itu melayang dengan anggun dan berwibawa dalam hembusan angin yang kuat, dia hanya membentangkan sayapnya dan jarang sekali menggerakkan sayapnya itu.

Rajawali tua itu terpesona memandang ke atas. ” Siapakah itu?”, tanyanya.
” Itu adalah burung rajawali, raja dari segala burung,” kata ayam yang ada didekatnya. ” Dia penghuni langit dan kita penghuni bumi, kita adalah ayam.” Demikianlah rajawali itu hidup terus dan mati sebagai seekor ayam, karena begitulah anggapan tentang dirinya. (Anthony de Mello, S.J)


Demikan pula kita seringkali tidak menyadari potensi terbaik atau talenta yang ada pada kita. Jika kita dapat mengenali dan menemukan talenta tersebut, yang perlu kita lakukan adalah senantiasa terus menerus mengembangkan talenta tersebut melalui proses pembelajaran terus menerus (continuous learning) dan berlatih dengan keras sampai kita mencapai consistent, near-perfect performance.

Kalau kita membaca cerita diatas cukup banyak dari kita yang bernasib seperti rajawali tersebut. kita seringkali dininabobokkan oleh kemapanan yang semu, sering lingkungan kita membuat potensi kita tidak muncul atau kurang mendapatkan tempat, sehingga kita hanya menjadi seperti yang dibilang orang, bukan menjadi diri kita dengan segala potensi yang kita miliki. Mari bersama melalui blog ini kita berupaya untuk menjadi diri kita sendiri.

selengkapnya..



Cinta sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui namun pada apa yang telah dikerjakan tapi tidak diketahui. Kisah pengorbanan ibu adalah wujud sebuah cinta sejati yang tidak bisa dinilai dan digantikan dengan apapun. Inilah makna sesungguhnya dari sebuah cinta yang murni, cinta seorang ibu kepada anaknya tanpa pamrih.

Mari tebarkan cinta dengan ketulusan dan keiklasan, kita akan menemukan kebahagiaan sejati.

(Andrie Wongso)


Begitu banyak pengorbanan yang telah ibu lakukan selama ini dengan tanpa pamrih, sebuah cinta yang luar biasa. namun seringkali kita melupakan itu, kita begitu sering membuat Ibu kita menangis serta bersedih mendengar perilaku kita. tiada ibu yang pingin anaknya terlantar tidak bisa makan, banyak ibu-ibu yang kuat , mereka berjuang dengan segala upaya untuk bisa memberikan terbaik bagi anak dan keluarga. begitu banyak ibu-ibu yang berjuang tanpa pamrih dan tidak kita ketahui telah banyak memberikan kontribusi akan perkembangan kehidupan kita. jadi tidak ada yang patut kita ucapkan pada IBU-IBU YANG HEBAT. Kami berupaya segenap hati , untuk bisa memberikan kebahagian yang sejati bagi IBU-IBU ku, dengan berupaya memberikan yang terbaik bagi dunia ini.

Selamat Hari Ibu

selengkapnya..

Membuat Hidup Kita akan Lebih Bermakna?

Mencapai kehidupan bermakna itu tidak perlu menunggu perubahan nasib atau realitas. Kenapa? Karena makna itu urusan batin dan itu kita yang menciptakan. Makna itu tidak diciptakan oleh kehidupan atau lingkungan. Kitalah yang diberi hak untuk menciptakan makna atas kehidupan. Apa itu makna? Makna adalah pemahaman tertentu yang kita ciptakan terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Karena kita yang menciptakan, maka sifatnya pilihan.
Dua orang yang berbeda ditempatkan di tempat yang sama akan sangat mungkin memiliki makna hidup yang berbeda. Yang satu bilang, betapa besarnya nikmat Tuhan yang diberikan kepadanya dengan pekerjaan saat ini. Sudah mendapatkan gaji, status, fasilitas untuk berkembang, teman kerja, keluarga yang sehat-sehat, dan lain-lain. Tapi yang satu lagi mungkin tidak. Pekerjaannya saat ini, yang dulu ia cari-cari, adalah neraka dunia. Pasangan dan anak-anak adalah beban.
Jadi, semua orang di dunia ini sebetulnya telah menciptakan makna tertentu di dalam batinnya atas hidupnya. Bedanya, ada yang positif dan ada yang negatif. Makna positif akan membuat batin positif. Batin yang positif akan membuat langkah kita digerakkan oleh energi positif. Sebaliknya, makna negatif akan membuat batin negatif.


Selain itu, ada juga orang yang kurang mempertegas makna dalam hidupnya. Teori motivasi menyebutnya dengan istilah kehampaan (feeling empty): tidak positif dan tidak negatif pula. Kehampaan ini kerap memunculkan dua penyimpangan. Kalau orang itu bertipe agresif dan mendapatkan dukungan eksternal yang pas (kekuasaan, jabatan, dll), dia akan menjadi orang rakus. Kerakusan timbul akibat kehampaan di dalam diri atau oleh rasa takut. Sedangkan kalau orang itu bertipe pasif atau tidak mendapatkan dukungan, kehampaan bisa mengakibatkan keminderan dan apatisme terhadap berbagai macam harapan kemajuan.
Kapankah kita hidup kita akan lebih bermakna?
Pertama, kehidupan bermakna adalah kehidupan yang dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap positif dan bertindak positif. Jadi, kehidupan kita akan lebih bermakna apabila kita sanggup berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif atau mencerahkan. Memaknai tugas sebagai tantangan akan lebih positif ketimbang memaknainya sebagai tekanan.
Kedua, apabila kita memiliki tujuan-tujuan positif yang terus kita perjuangkan untuk mencapai hierarki prestasi yang lebih tinggi dan lebih bermanfaat. Orang yang bekerja hanya untuk uang semata dengan orang yang bekerja untuk uang, aktualisasi-diri, kesejahteraan keluarga, ibadah, dan seterusnya, pasti akan beda. Meskipun sama-sama kerjanya dan sama-sama mendapatkan uangnya, tapi maknanya beda. Jadi, list-lah sebanyak mungkin tujuan positif dari satu aktivitas positif. Toh kita tidak rugi bahkan malah untung.

Ketiga, kehidupan kita akan lebih bermakna ketika kita sanggup mengekspresikan energi cinta untuk orang-orang yang kita cintai atau pekerjaan yang kita cintai. Anak, pasangan, keluarga, orangtua, kekasih, kelompok masyarakat tertentu yang kita bina adalah sumber makna hidup bagi orang yang mampu mengekspresikan cintanya. Begitu juga dengan pekerjaan atau profesi tertentu yang sanggup kita cintai. Seorang yang berjiwa guru akan merasa hidupnya lebih bermakha apabila energi cintanya tersalurkan untuk mengajar. Orangtua akan merasa hidupnya lebih bermakna apabila sanggup menyalurkan energi cintanya untuk anak-anak atau pasangan yang tersayang.
Selanjutnya, kehidupan akan lebih bermakna apabila kita sanggup mentransformasikan berbagai kemalangan, kepahitan, dan penderitaan yang kita alami, baik yang kecil atau yang besar, ke dalam berbagai bentuk ‘pelampiasan’ yang positif dan untuk orang banyak. Misalnya saja, menulis, terlibat dalam lembaga sosial, dan lain-lain. Betapa bermaknanya hidup sebuah keluarga yang sanggup membebaskan putranya dari jeratan narkoba lalu membagikan pengalaman ini kepada orang banyak. Semoga bermanfaat.

selengkapnya..

Energi suara hati



Kisah sukses itu memperlihatkan suatu kesamaan: terasahnya kecerdasan spiritual menjadi sumber kekuatan luar biasa penggerak bisnis mereka.
Perlu ditekankan di sini bahwa spiritualitas, sebagaimana diperkenalkan dalam pelatihan Emotional Spiritual Quotion (ESQ), tidak mesti berkaitan langsung dengan agama. Kecerdasan spiritual itu dipandang sebagai potensi yang secara universal dimiliki oleh setiap manusia.
Dalam Model ESQ, yang bersumber dari konsep Satu Ihsan, Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam (165), potensi kecerdasan spiritual itu diyakini sebagai pantulan sifat-sifat unggul yang terpancar dari Nama-Nama Allah SWT (Asmaul Husna). Potensi itu terpantul melalui ruh yang ditiupkan kepada setiap manusia. Tugas manusialah untuk mengasahnya agar teraktualisasi menjadi energi.
Model ESQ adalah sebuah ikhtiar untuk menguraikan dan mengasah potensi-potensi itu, dengan mengidentifikasi tujuh dari 99 Asmaul Husna. Ketujuh potensi atau suara hati, yang kami sebut Tujuh Budi Utama (Jujur, Tanggung jawab, Visioner, Disiplin, Kerja sama, Adil dan Peduli) itu menjadi pijakan awal untuk mengenali jati diri; betapa manusia sesungguhnya memiliki potensi yang kaya.
Simaklah bagaimana kisah Infosys Technologies yang dibangun Narayana Murthy bersama enam rekannya, dari modal uang tabungan 10.000 rupee (US$250) pada 1981 menjadi imperium bisnis berpendapatan US$3 miliar (2007).


Ini tidak akan terjadi andai pada musim dingin 1990 mereka takluk dalam suramnya iklim bisnis, lalu puas dengan tawaran pembeli sebesar US$1 juta. Murthy berhasil meyakinkan rekan-rekannya bahwa bisnis mereka bernilai lebih dari sekadar uang. Sikap saling percaya dan kerja sama yang mereka bangun dalam satu visi yang sangat kuat adalah bentuk aktualisasi diri dan ajang untuk menghasilkan karya yang tidak hanya untuk dinikmati sendiri, tapi juga oleh sesama. Itu sebabnya, Murthy dan kawan-kawan peduli pada kepentingan 75.000 karyawan, memberi mereka hak membeli saham (stock option).
Kerja keras Lee Byung-chul dalam membesarkan gurita bisnis Samsung Group pun mengajarkan tentang kemenangan suara hati. Lee, yang wafat pada 19 November 1987, tidak semata-mata mewariskan perusahaan raksasa global di bidang elektronik dan semikonduktor, melainkan juga (yang lebih penting) kultur korporat yang tahan terhadap segala cuaca.
Menurut Presiden dan CEO Samsung Electronics, Dr. Hwang Chang-gyu, Lee mewariskan filosofi yang menekankan inovasi sebagai nyawa perusahaan. Ketika satu tujuan tercapai, itu berarti awal menetapkan tujuan baru. Orang-orang Samsung diibaratkannya seperti kaum nomad, yang terus mengembara mencari temuan-temuan baru. Semua itu membutuhkan visi yang kuat, pengabdian (tanggung jawab) atas misi, kedisiplinan, kerapian kerja sama, dan seterusnya.
3 Kebahagiaan
Imperium otomotif legendaris Jepang, Honda, tumbuh dengan filosofi Soichiro Honda, seorang pebisnis yang merangkak dari bawah, melalui badai demi badai kegagalan. Menghormati Individu dan Tiga Kebahagiaan, demikian rumusan filosofi yang diuraikan dalam misi dan visi korporat Honda Motor Company.
Menghormati Individu berarti yakin akan kemampuan unik manusia, dan menentukan hubungan perusahaan dengan rekanan, pelanggan, penyalur, dan masyarakat. Honda meyakini bahwa setiap orang yang terlibat dalam proses pembelian, penjualan atau menciptakan produk harus menerima perasaan bahagia dari pengalaman.
Tiga kebahagiaan yang dimaksud itu adalah, kebahagiaan memproduksi, kebahagiaan menjual dan kebahagiaan membeli. Itu artinya, kebahagiaan yang diharapkan ada pada diri setiap orang Honda bukan semata-mata kebahagiaan mendapatkan sesuatu, tapi juga (dan yang terpenting) kebahagiaan memberikan sesuatu yang terbaik.
Dari situ lahir komitmen dan pengabdian yang tak bisa ditukar atau dikompromikan dengan apa pun. Inilah yang dinamakan komitmen spiritual. Seseorang melakukan suatu pekerjaan tidak semata-mata karena mengharapkan imbalan (komitmen intelektual/material), karena ikatan, hubungan atau dorongan emosi tertentu (komitmen emosional), tapi dia melakukannya demi kebahagiaan mengerjakan sesuatu dan memberikan sesuatu.
Bagi kalangan bisnis, tuntutan akan komitmen semacam itu tidak hanya muncul dari kebutuhan internal. Di Barat, kini bergulir suatu kecenderungan menguatnya kesadaran konsumen. Patricia Aburdene, dalam buku Megatrends 2010: The Rise of Conscious Capitalism, mengutip laporan The New York Times bahwa sampai tahun 2000, pasar untuk values-driven commerce, telah mencapai US$230 miliar.
Angka itu terus tumbuh dua digit setiap tahun. Ceruk pasar yang dirujuk dalam laporan itu adalah masyarakat konsumen dengan kesadaran memilih produsen atau perusahaan yang memerhatikan tanggung jawabnya pada kepentingan stakeholder, termasuk konsumen dan lingkungan.
Majalah Fortune pada Oktober 2006 mencatat, sekitar satu dari setiap 10 dolar aset di bawah manajemen investasi di Amerika Serikat (US$2,3 triliun dari US$24 triliun) diinvestasikan ke perusahaan-perusahaan yang tinggi tingkat tanggung jawab sosialnya. Ini ditafsirkan sebagai isyarat bahwa perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial akan mengungguli perusahaan yang tidak.
Indikasi itu telah muncul dalam edisi Maret/April 2002 majalah Business Ethics: perusahaan yang masuk daftar 100 Best Corporate Citizens secara keseluruhan memiliki kinerja di atas perusahaan-perusahaan lain dalam daftar S&P 500.
Maka, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa, secara alamiah, mau tidak mau praktik bisnis akan selalu tergiring untuk kembali kepada nilai-nilai dasar universal, kepada suara hati manusia.
oleh : Ary Ginanjar Agustian

selengkapnya..

Togog Menggugat Para “Dewa”


Dalam sebuah penampilan wayang kulit yang di dalangi oleh seorang dalang yang cukup terkenal. Namun ada kejadian aneh pada saat pementasan yang mengharuskan tokoh wayang yang identik dengan kejelekan, keburukan, kerakusan, keserakahan, tapi juga sebenarnya juga dewa “menghilang”, tokoh itu adalah Togog. Perwatakan keburukan tokoh ini sudah nampak dari bentuk fisik yang buruk. Saat sang dalang meminta togog keluar ternyata togog ‘mbalelo’, dia pilih lari dari pementasan tersebut. Hingga sang dalang kebingungan mencarinya, namun oleh tokoh wayang yang identik dengan pengayom para pendawa sebagai pelambang kebenaran, tokoh tersebut adalah Ki Semar. Menunjukkan pada dalang bahwa Togog sedang ngumpet ke kamarnya tidak mau pentas malam ini. Oleh Ki dalang Semar di minta merayu togog untuk keluar, karena penonton sudah tidak sabar menunggu togog keluar, selain Ki dalang takut nantinya penonton demotrasi. Ki Dalang takut nanti ada kerusuhan, dan ujung-ujungnya Ki Dalang tidak dapat bayaran.
Namun walaupun Ki dalang sudah mengutus juru rayunya Semar dan di Tambah Kresno, tetapi Togog tetap tidak mau keluar. Dalam negoesasi togog sempat mengeluarkan option, “Togog mau keluar kalau nantinya dalam pementasan peran togog tidak identik dengan keburukan dan kebatilan. Ia ingin berperan sebagai juru selamat dunia, karena ia ingin berbuat baik bagi manusia dunia, ia ingin menjadi penasehat Pandawa, ingin menyembarkan kedamaian pada seluruh dunia pewayangan. Ia ingin menyerukan pada Pandawa dan Kurawa bahwa mereka di ciptakan sebagai saudara dan untuk berbuat baik, tidak perlu berebut kekuasaan yang akhirnya menimbulkan korban”. Option itu di sampaikan pada Semar dan Kresna agar di sampaikan pada Ki Dalang. Kalau tidak disepakati ia akan tetap tidak mau keluar, sebab ia sudah bosan menjadi tokoh yang tugasnya menghasut, mengadu domba, dan membuat kerusakan di muka bumi. Ia ingin berbuat yang lain dalam dunia ini. Ia ingin berkarya sebelum ajal menjemputnya.

Dalam negoisasi yang a lot, akhir Semar dan Kresna membawa option Togog untuk di sampaikan pada Ki Dalang. Walaupun Semar dan Kresna merasa option Togog tidak mungkin di kabulkan, sebab itu merusak pakem, melawan kodrat, melawan takdir sang Dewa. Tapi Semar dan Kresna tetap menjujung tinggi pendapat si Togog, karena mereka hanyalah sebagai tim lobi saja, masalah keputusannya bagaimana itu terserah pada Ki Dalang sebagai yang berhak memutuskan kebijakan.
Akhirnya Semar dan Kresna menghadap Ki Dalang mengutarakan option yang di sampaikan Togog. Mendengar itu Ki Dalang “Muntap” bagaikan kejatuhan meteor dari kahyangan. Sebab tidak mungkin option Togog itu di kabulkan. Kalau option itu di kabulkan maka bisa di artikan sebagai sikap ‘mbalelo’ pada Dewa. Dan itu berarti bisa di katakan sebagai Kiamat bagi dunia pewayangan.
Ki Dalang bingung menghadapi option Togog. Agar penonton tidak demontrasi maka Ki Dalang minta izin untuk Ke-Kahyangan menghadap menghadap Batara Guru untuk meminta rekomendasi agar mengizinkan memainkan watak Tokoh Togog seperti option yang di sampaikan pada Semar dan Kresna walaupun dengan pesimis.
Ki dalang dengan di antar Narado menghadap Batara Guru dan menyampaikan permintaan Togog. Ki Dalang dengan memberikan argumen yang kuat agar Batara Guru mengizinkan Togog berperan sebagai tokoh yang baik dalam satu malam saja. Dan tentunya dengan alasan agar penonton tidak mendemo Ki Dalang. Batara Guru meminta pada Ki Dalang menunggu sebentar, Batara Guru akan merapatkan dengan staf “Kadewatan”. Maka Kahyangan geger dengan panggilan mendadak dari Batara Guru. Karena mulai dewa kematian serta dewa kehidupan di panggil, untuk melihat kemungkinan-kemungkinan keinginan Togog itu di kabulkan. Setelah mengadakan rapat yang cukup a lot, maka Batara Guru mengizinkan pada pementasan malam ini Togog menjadi tokoh kebaikan, tapi dengan syarat setelah pementasan surat izin mengdalang bagi Ki Dalang tersebut di cabut. Karena dengan mengizinkan permintaan Togog berarti telah memutarbalik perjalanan dunia pewayangan. Takutnya nanti di ikuti oleh tokoh wayang lain dan juga para dalang-dalang. Untuk itu juga agar tidak terjadi kerusuhan dan pertumpahan darah pada malam ini, intinya juga agar rakyat tidak menderita.
Kemudian setelah mengungkapkan hasil rapat dengan para dewa, Batara Guru, didampingi oleh Narado serta Ki Dalang mengadakan jumpa Press agar dunia pewayangan tidak terjadi gunjang-ganjing. Dalam jumpa press ini Batara Guru membacakan Surat Keputusan Para Dewa yang isinya mengizinkan Ki Dalang memerankan tokoh Togog sebagai tokoh kebaikan dan juru selamat dunia pewayangan.
Setelah jumpa press Ki Dalang turun ke bumi dan menemui Togog dengan membawa SK Para Dewa. Akhirnya Togog mau kembali ke pentas dengan melakonkan sikaf yang baik dan bijak, walaupun masih sering terpeleset dengan perwatakan keburukan yang dia tokoh selama ini, hingga mendarah daging.
Pementasan ini akhirnya semakin terkenal dan para Dewa semua menyempatkan diri untuk melihat Togog yang melakonkan kebaikan. Karena pementasan mengandung nilai sejarah dan momumental sebab tidak akan terulang lagi. Selain Para Dewa melihat bahwa sebenarnya dalam Naluri manusia itu ada secercah cahaya kebaikan, walaupun sekotor apapun watak dan perilaku seseorang.
Di akhir pementasan Ki Dalang juga mengadakan Jumpa Press akan keputusan Para Dewa bahwa dia harus mengundurkan diri sebagai Ki Dalang. Dihadapan penonton dan para wartawan mengutarakan ke-ikhlasannya mundur dari profesi Dalang dan akan menyepi, memantapkan perguatan wacana tentang kehidupan yang secara tidak langsung telah juga di lontarkan pada permintaan Togog, yang menunjukkan begitu mengdalamnya pemahaman Togog tentang kehidupan terutama tentang baik-buruk, hitam-putih. Ke-mbalelo-an Togog dalam pementasan malam ini, merupakan bahan reflesi para tokoh di dunia Pewayangan.

selengkapnya..

BENARKAH KITA SUNGGUH-SUNGGUH BELAJAR?


“Saya termasuk orang yang percaya bahwa bila kita mempelajari kebenaran dan tidak mengalami perubahan hidup, hanya ada dua kemungkinan: kita tidak sungguh-sungguh belajar atau yang kita pelajari bukan kebenaran.”
~ Andrias Harefa
Nasihat tersebut saya dapat dari sebuah buku pemberian seorang teman, belum lama ini. Cukup lama saya mencerna kata-kata dari Guru Andrias Harefa di atas. Berulang kali saya membacanya. Saya mengangguk-angguk, mengidentifikasikan adanya pemahaman atas kata-kata tersebut. Jika bisa saya mengajukan diri di antara deretan nama-nama yang telah mengalami perubahan hidup karena belajar, berarti bolehlah ditambahkan nama saya.
Ini serius. Begitu saya belajar dengan sungguh-sungguh, saya segera mengalami perubahan hidup. Berarti apa yang saya pelajari tersebut memang sebuah kebenaran. Buktinya, hal itu telah membuat hidup saya berubah. Dari pribadi yang tertutup, malu, gagap, dan minder karena dibesarkan dalam sebuah keluarga yang tidak kondusif, berubah menjadi pribadi yang terbuka dan percaya diri. Dari pribadi yang berpikir, “Saya tidak berharga, miskin, kumuh, pemulung, dan hanya pantas menjadi pembantu rumah tangga,” berubah menjadi, “Saya begitu berharga, selanjutnya terserah saya.” Kemudian saya membuat artikel, dibukukan, dan diundang untuk berbicara tentang motivasi, menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan, dan sharing pengalaman.


Mungkin kisah saya tidak jauh berbeda dengan cerita yang dituturkan oleh Brian Tracy dalam buku Change Your mind, Change Your Life sebagai berikut: Seorang wanita yang tertutup, takut, pemalu, dan rendah diri karena dibesarkan dalam keluarga yang tidak kondusif. Ketika mengalami amnesia karena kecelakaan, dia belajar tentang amnesia, membuat artikel tentang kondisinya, diundang untuk berbicara dalam sebuah konvensi kedokteran dengan membawakan makalah yang ditulisnya, menjawab berbagai pertanyaan, berbagi pengalaman serta ide-ide baru dalam bidang fungsi neurologis. Dia telah berubah menjadi pribadi yang percaya diri, positif, ramah, berpengetahuan luas dan pandai berkomunikasi.
Tidak jauh beda, bukan? He he he... Bedanya adalah, saya tidak mengalami amnesia. Tentang kondisi keluarga yang tidak kondusif, jika dia diperlakukan tidak adil dan selalu dikritik oleh kedua orangtuanya, saya merasa tidak aman karena berada di wilayah konflik yang berkepanjangan tanpa adanya niatan untuk gencatan senjata. Begitulah, sehingga timbul dampak yang sangat tidak diinginkan oleh pribadi manapun akibat kondisi yang tidak kondusif tersebut. Saya tidak bisa mengubah kedua orang ua saya, tetapi saya bisa mengubah diri saya sendiri dengan pribadi yang sekarang, mengasihi mereka, sehingga hidup menjadi indah. Semua karena saya belajar. Sungguh-sungguh belajar.
Ketika saya menjadi salah satu pembicara untuk motivasi menulis yang audiensnya adalah para guru, beberapa hari yang lalu, ada hal menarik yang ingin saya ceritakan di sini. Ribuan audiens yang hadir (mulanya diperkirakan yang akan hadir adalah ratusan orang) sangat antusias mengikuti seminar yang memilih tema “Menulis Karya Ilmiah dan Artikel Populer untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru”. Dengan menulis artikel di media massa, otomatis mereka, para guru golongan IV-A ke atas akan mendapatkan kenaikan jabatan atau naik pangkat setingkat lebih tinggi, apalagi menulis buku. Dengan menulis artikel atau karya tulis lainnya berarti keprofesionalan mereka diakui. Karena, “Tulisan, disadari atau tidak, adalah suatu pengakuan dan kepercayaan publik terhadap kompetensi penulisnya,” demikian kata Edy Zaqeus dalam bukunya yang berjudul Resep Cespleng Menulis Buku Bestseller Edisi Revisi.
Menarik, bukan? Apalagi menulis adalah keseharian mereka. Mereka bisa mengambil tema di mana saja seperti di koran, internet, dari diskusi, bahkan dari tingkah laku murid-muridnya. Dari segi motivasi, ilmu pengetahuan, minat baca, minat para siswa terhadap pelajaran-pelajaran matematika, bahasa Inggris, komputer dan lain-lain, sistem belajar-mengajar yang konon meluluskan siswa-siswa yang gagal di kehidupan, atau bagaimana seharusnya sistem belajar-mengajar yang bagus, kurikulum yang sangat memberatkan siswa, kurangnya pengendalian diri sehingga terjadi tawuran pelajar, kurangnya peran orangtua untuk memotivasi anaknya. Wah… masih banyak tema yang tidak bisa saya sebutkan satu-per satu di sini. Mereka juga bisa menulis artikel dengan tema yang sebelumnya sudah di tulis oleh orang lain. Sah-sah saja. Karena tiap orang adalah unik dan memiliki gaya penuturan sendiri-sendiri yang khas. Jika mereka seminggu sekali menulis artikel, sudah berapa artikel yang dihasilkan dalam setahun? Sudah berapa poin yang telah dikumpulkan untuk syarat pengangkatan jabatannya?
Di balik suksesnya acara seminar tersebut, saya sempat dibuat terperangah oleh salah seorang peserta yang menghampiri, ketika acara telah selesai. Beliau mengatakan seakan-akan mewakili mereka yang hadir: “Walah, kami ini bukannya tidak bisa menulis, bukannya takut menulis, bukannya malas, tapi kami tidak sempat menulis, karena kami mengajar dan banyak tugas (ssssstt… ini kan hanya alasan, ya?). Kenapa susah-susah menulis, serahkan saja sama orang lain dan kami naik pangkat?”
Sah-sah saja jika kita menyuruh orang lain untuk menyiapkan bahan-bahan atau literatur yang akan dijadikan tema serta menuliskannya untuk kita, asalkan yang disuruh mau. Tetapi hendaknya ide-ide atau gagasan-gagasan itu benar-benar dari kita dan kita sendiri yang mengeksplorasi. Kita bisa mengeksplorasi ide atau gagasan secara lisan untuk kemudian ditulis oleh orang suruhan kita. Segampang itu. Jika kita membaca buku Edy Zaqeus di atas, kita bisa mendapatkan berbagai cara atau alternatif dalam hal tulis-menulis.
Jika kita menyuruh orang lain menulis dari ide, gagasan atau tema sampai pengembangannya, bukankah keprofesionalan kita patut dipertanyakan? Justru yang professional adalah orang suruhan kita. Sementara, kita hanya mendapatkan pangkat dan kenaikan gaji dengan kemampuan yang penuh tanda tanya, bukan? Wah, apa kata dunia?
Taruhlah kita mengalami perubahan finansial dengan kenaikan pangkat dan gaji, tetapi tingkat keprofesionalan kita tidak berubah. Dan, saya percaya nanti kita akan mengalami seleksi alam, bukannya mengalami perubahan hidup lebih baik, tetapi kemunduran yang didapat. Jika ini yang terjadi, berarti kita tidak sungguh-sungguh belajar tentang kebenaran atau yang kita pelajari bukan kebenaran. Karena, uang akan cepat habis, sementara ilmu dan keprofesionalan kita…? Dan, nasehat dari Guru Andrias hanya numpang lewat saja jadinya.


selengkapnya..


Anak bukanlah anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan…
Cinta kasihmu dapat kau berikan pada mereka, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka mempunyai pikiran sendiri
Raga mereka dapat kau kurung, tapi tidak jiwa mereka
Karena jiwa mereka tinggal di rumah masa depan
Yang tak dapt kau kunjungi
Bahkan tidak melalui mimpimu
Kau dapat berjuang untuk menyerupai mereka
Tapi jangan coba buat mereka menyerupaimu
Karena hidup tidak berjalan mundur
Ataupun berlambat-lambat dengan hari kemarin
Kau adalah busur yang memastikan mereka,
Anak panah yang berjiwa
(Kahlil Gibran)

selengkapnya..

Orang Kreatif Itu Spesies Langka


Konon, orang yang kreatif itu dianggap spesies langka. Sehingga, selalu diuber-uber. Padahal, tahukah Anda bahwa kreatif itu adalah salah satu sifat Tuhan? Bukankah Dialah Yang Maha Mencipta, Yang Maha Melukis, dan Yang Maha Mengatur? Dengan demikian, disadari atau tidak manusia selaku hamba-Nya meniru sifat-sifat tersebut -tentu saja dengan kapasitasnya sebagai manusia. Persis seperti manusia yang meniru sifat-sifat Tuhan yang lain, semisal Yang Maha Pengasih, Yang Maha Adil, dan Yang Maha Bijaksana.

Perlu digaris-bawahi tebal-tebal, sebagai salah satu inventori otak kanan yang paling berharga, kreativitas bukanlah semata-mata soal menguras ide, tetapi juga soal berburu solusi, membalikkan cara pandang, menggebrak perubahan, atau aktivitas sejenis. Contoh konkretnya, seorang ibu rumah tangga yang menata ulang perabot di rumahnya, seorang guru yang memboyong satu alat peraga yang unik di hadapan murid-muridnya, seorang atlet yang menjajal cara-cara baru untuk mendongkrak prestasinya, dan seorang pejabat yang memperjuangkan pembaharuan di daerahnya. Jadi, kreativitas bukan cuma mainannya penemu, pelukis, komposer, dan agensi periklanan, melainkan hak semua insan.



Omong-omong soal kreativitas, untuk penemuan mencuatlah nama Albert Einstein dan Thomas Edison. Untuk lukisan, nama Affandi dan Michelangelo. Untuk puisi, nama Emha Ainun Nadjib dan Soetardji Calzoum Bachri. Untuk lagu, nama Iwan Fals, dan Titiek Puspa. Untuk film, Mira Lesmana dan P. Ramlee. Untuk lawakan, nama Sys Ns, Tora Sudiro, dan Tukul Arwana. Untuk bisnis, nama Purdi Chandra dan Sukanto Tanoto.

Nah, di manakah letak urgensi kreativitas dalam bisnis praktis? Sebagai pemasar di dalam dan luar negeri, sebagai adviser dan trainer di puluhan institusi nasional, saya melihat sendiri bagaimana pasar beringsut menuju zona ketidakpastian. Juga zona hiperkompetitif. Ironisnya, sebagian pelaku bisnis masih bersenjatakan strategi yang itu-itu saja. Kalau mentok, buntut-buntutnya anggaran promosi yang dihambur-hamburkan, bahkan harga yang dibanting! Ngawur dan ngelantur ‘kan?

Coba ceburi industri biskuit di tanah air. Di dalamnya berkecamuk 185 perusahaan dan 400-an merek. Itu belum termasuk merek-merek gurami dan biskuit-biskuit tanpa merek. Anda bisa sakit kepala ketika harus memilah dan memilih satu diferensiasi yang solid lagi valid. Untuk itulah, Anda meniscayakan kreativitas, yang merupakan salah satu tingkatan dalam kesadaran supra. Soal strategi? Sama saja. Anda tetap perlu kreativitas. Mungkin melalui pemasaran gerilya, repositioning, reengineering, marketing intelligence, dan masih banyak lagi. Bagi saya, terobosan itu tidak selalu berujung pada pemborosan. Dan tanpa terobosan, orang bisa bosan.

Contoh lain. Dicekam oleh persaingan, pelaku bisnis di negara maju malah mengincar nama dan tubuh manusia sebagai ajang promosi. Kreatif ‘kan? Rupa-rupanya, gayung bersambut! Lihat saja, hampir 50 persen responden di Amerika mempertimbangkan untuk menamakan anaknya ‘Coke' atau ‘Kraft' dengan kompensasi setengah juta dolar. Di film Resident Evil: Extinction yang dibintangi oleh Milla Jovovich, seorang gadis malah bernama ‘Kmart'. Terkait logo, beberapa petenis wanita menawarkan diri untuk ditato temporer dan seorang petinju memiliki tato kasino yang permanen. Walaupun bagi pengendara Harley-Davidson dan pemain skateboard, tato logo itu bukanlah barang baru. Itu ‘kan kreativitas cara mereka. Lantas, bagaimana kreativitas cara Anda?

selengkapnya..

Mitos Motivasi: Antara Harapan dan Kenyataan


- Adi W. Gunawan
The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams - Eleanor Roosevelt
Minggu lalu beberapa orang kawan dari sebuah bank nasional ternama mengajak saya makan siang sambil mendiskusikan detil acara yang akan mereka laksanakan, di mana saya adalah pembicara di acara tersebut. Saat menunggu makanan kawan saya, yang kebetulan adalah seorang Area Manager, bertanya, ?Pak Adi apa bisa memberikan seminar motivasi ??. ?Maksudnya ??, saya balik bertanya. ?Kami pernah mengundang pembicara untuk memberikan motivasi bagi staff kami. Apa Bapak juga bisa memberikan seminar motivasi untuk membangkitkan semangat staff ??, tanyanya lagi. Sebelum menjawab pertanyaan kawan saya ini, saya bertanya, ?Apa yang Ibu harapkan dari seminar motivasi ?? ?Kami ingin semangat kerja staff kami meningkat. Namun selama ini motivasi yang mucul setelah mengikuti seminar tidak bisa bertahan lama. Paling lama satu-dua hari. Setelah itu semangat kerja kembali ke keadaan semula seperti saat sebelum mengikuti seminar. Saya sendiri sudah sangat sering menghadiri berbagai seminar motivasi. Biasanya kalau saat seminar, motivasi saya akan sangat tinggi. Tapi satu dua hari setelah seminar, motivasi saya gembos seperti balon kehabisan udara. Mengapa bisa begini ya Pak ??, kejar kawan saya dengan penasaran.









Pernahkah anda mengalami seperti yang diceritakan kawan saya ini ? Saya sendiri telah mengalaminya. Kesulitan yang selalu ditemui setiap peserta seminar motivasi adalah motivasi yang mereka dapatkan di seminar tidak bisa bertahan lama. Mengapa ini terjadi ? Apakah ada cara untuk bisa mempertahankan motivasi ? Kalau ada, bagaimana caranya?
Saya mulai aktif menghadiri berbagai seminar motivasi sejak tahun 1994. Saya membaca sangat banyak buku motivasi, mendengarkan ratusan kaset seminar motivasi, dan bahkan sampai beberapa kali mengikuti seminar motivasi yang lamanya 2 hari, di luar negeri, yang dihadiri lebih dari 35.000 (tiga puluh lima ribu) orang dalam satu stadion. Saat di seminar biasanya saya membuat ?keputusan besar? untuk sukses, untuk berubah, untuk ini, untuk itu, dan masih banyak ?keputusan besar? yang lain. Namun apa yang terjadi setelah itu ? Semangat yang begitu menggebu-gebu dengan cepat hilang tak berbekas dan saya kembali seperti diri saya sebelum menghadiri seminar motivasi itu.
Pertanyaannya sekarang adalah, ?Apakah pembicara motivasinya tidak mampu memotivasi audiensnya ??. Wah, kalau soal memotivasi, mereka sungguh luar biasa. Saya katakan ?mereka? karena yang berbicara di seminar motivasi selama 2 hari itu adalah para pembicara kaliber internasional. Mereka adalah figur sukses yang menjadi contoh bagi banyak orang. Mereka telah berhasil mengubah hidup mereka dari orang biasa menjadi luar biasa. Mereka sukses secara finansial dengan income 6 digit, dan ini dalam dollar Amerika bukan rupiah.
Mereka banyak membantu orang lain, keluarganya bahagia, kondisi mental dan fisik sangat prima. Mereka adalah orang yang walk the talk. Bukan sekedar talk the talk seperti kebanyakan orang. Namun mengapa motivasi saya masih tetap seperti yo-yo ? Sebentar naik, sebentar turun ? Padahal saya sudah dimotivasi oleh pembicara yang sangat luar biasa ?
Cukup lama saya mencari jawaban atas pertanyaan ini. Dalam upaya mencari jawaban atas pertanyaan ini saya terus menghadiri berbagai seminar motivasi. Saya membandingkan style pembicara satu dengan pembicara lainnya. Saya mengajak diskusi dan bertukar pikiran dengan sesama peserta seminar. Diakui oleh peserta seminar, ada pembicara yang sangat bagus memotivasi audiens sehingga motivasi bisa bertahan lama. Ada yang motivasinya hanya bisa bertahan satu atau dua hari. Dari perbandingan yang saya lakukan saya mendapatkan satu pola yang konsisten. Pembicara motivasi yang mampu memotivasi audiens dengan baik, sehingga audiens tetap bersemangat untuk waktu yang lama, mempunyai kelebihan tersendiri. Meskipun demikian, motivasi ini tidak dapat bertahan seterusnya. Cepat atau lambat, seperti yang telah saya alami, motivasi ini akan berkurang dan akhirnya habis... bis.... seperti balon yang kehabisan udara.
Apa sebabnya ? Motivasi yang didapat saat mengikuti seminar adalah motivasi yang berasal dari luar atau motivasi ekstrinsik. Motivasi jenis ini tidak bisa bertahan lama. Untuk berubah dan mencapai sukses kita harus mempunyai motivasi yang tumbuh dari dalam (intrinsik). Pembicara motivasi yang lihay adalah pembicara yang mampu menimbulkan motivasi intrinsik dalam diri audiensnya dan mengajarkan cara mempertahankan motivasi itu, setelah audiens pulang ke rumah dan menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan. Jika audiens tidak diajarkan cara memelihara dan mempertahankan motivasinya maka motivasi itu pasti gembos dengan sendirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar dan bersifat sementara. Motivasi eksternal membuat kita sangat bersemangat, pada saat di seminar, namun tidak bisa membuat semangat itu bertahan lama. Motivasi eksternal dapat mempengaruhi kita untuk melakukan perubahan namun tidak bisa membuat perubahan bagi kita.
Mungkin anda akan bertanya, ?Mengapa motivasi yang berasal dari luar tidak dapat bertahan lama ??. Ini semua berhubungan dengan program pikiran. Motivasi eksternal membuat kita berpikir, dan ini adalah kerja pikiran sadar, bahwa kita dapat melakukan apa saja untuk mencapai semua impian hidup kita. Kita tentu ingin percaya bahwa kita bisa mencapai goal kita. Namun program pikiran, yang mempengaruhi 90% kemampuan berpikir kita, berkata lain, ?Ah.... goal itu nggak masuk akal. Saya nggak mungkin bisa mencapainya. Saya sudah gagal berulang kali. Latar belakang saya berbeda dengan si pembicara. Saya punya banyak masalah dan hambatan. Saya nggak bisa ini.... nggak bisa itu... Tentu saya akan sangat sulit berhasil?
Kembali saya ulangi pertanyaan, ?Mengapa motivasi yang berasal dari luar tidak dapat bertahan lama ?? Karena motivasi eksternal hanya mampu membuat perubahan yang bersifat sementara. Motivasi eksternal bekerja tidak sejalan dengan prinsip kerja otak dan pikiran bawah sadar.
Lalu, bagaimana caranya untuk bisa menghasilkan perubahan yang permanen ? Inilah rahasianya. Empowerment atau peningkatan diri bukanlah hasil dari proses kerja pikiran sadar. Empowerment adalah suatu pengalaman pribadi yang kita alami karena pikiran bawah sadar berhasil mencapai goal dan kemudian pengalaman ini naik ke level pikiran sadar dalam bentuk perasaan ?in control? terhadap hidup kita.
Kita bisa ?mencoba? untuk merasa berubah. Kita bisa menggunakan kekuatan kehendak (will power) kita. Kita bisa datang ke berbagai seminar, membaca berbagai buku, mendengarkan kaset-kaset motivasi, dan setelah itu, untuk beberapa saat, kita merasa lebih mampu mengendalikan diri dan lebih fokus. Meskipun demikian kita tetap tidak bisa berubah atau mengalami empowerment bila tidak mendapat dukungan pikiran bawah sadar kita.

Inti perubahan adalah kita harus mengganti program-program negatip yang ada di pikiran bawah sadar kita dengan program yang positip. Saat kita termotivasi untuk berubah kita memutuskan untuk meng-uninstall program negatip. Namun kita tidak diajarkan, di seminar motivasi itu, bagaimana cara untuk meng-install program positip.
Mengapa kita perlu mengganti program negatip dengan yang positip ? Karena program mental yang ada di pikiran bawah sadar adalah program lama ? program yang akan menolak setiap informasi yang tidak sejalan dengan informasi yang telah tersimpan sebelumnya. Sesuai dengan cara kerja pikiran, semakin lama suatu program ?menetap? di pikiran bawah sadar maka semakin kuat program itu. Salah satu hukum penting yang berhubungan dengan pikiran yaitu bila terjadi konflik antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar maka yang menang adalah pikiran bawah sadar.
Satu hal yang luar biasa mengenai program ini adalah bahwa setiap program bertindak seperti mahluk hidup yang mempunyai kehidupan sendiri. Saat kita akan mengganti program lama dengan yang baru, program lama ini akan melawan dengan segala cara untuk bisa bertahan ?hidup?. Itulah sebabnya mengapa orang biasanya sulit untuk melakukan perubahan.
Seorang pakar di bidang pikiran, yang bukunya baru-baru ini saya baca, malah mengatakan bahwa pikiran bawah sadar bekerja mirip dengan suatu jaringan komputer (network) yang terdiri dari sangat banyak komputer (baca: proses berpikir/program). Setiap komputer ini ada yang saling berbagai resource dan ada yang menutup diri tidak mau berbagi resource. Setiap komputer ini saling mempengaruhi.
Satu kisah menarik saya alami saat saya membantu seorang kawan memprogram ulang pikirannya. Selang beberapa saat, saya didatangi kawan saya ini dan sambil menangis ia berkata, ?Pak, saya merasa diri saya saat ini bukanlah diri saya yang sesungguhnya. Namun di sisi lain saya merasakan ada sesuatu yang baru dalam diri saya. Seakan-akan ada dua bagian dalam diri saya yang saling tarik ulur, saling bertempur. Ada apa yang dengan diri saya ??. Saya lalu menjelaskan bahwa ini adalah sesuatu yang normal. Saya pernah mengalami keadaan ini. Kawan saya yang lain juga pernah. Saya kemudian meminta ia meneruskan programming-nya. Jika ia terus bertahan dengan program barunya maka program ini akan semakin kuat dan akhirnya akan mengalahkan pengaruh program yang lama. Seminggu kemudian ia memberikan laporan bahwa ia sudah merasa jauh lebih baik dan program barunya yang menang.
Komputer Mental
Setelah membaca sejauh ini saya yakin anda pasti akan bertanya, ?Bagaimana melakukan pemrograman ulang pikiran bawah sadar ??. Sebenarnya mudah. Caranya sama dengan, namun sudah tentu tidak sesederhana, memprogram ulang komputer.
Sebuah komputer menerima input dan mengeluarkan output. Untuk mengubah output, kita mesti mengubah input atau mengubah program. Prinsip ini berlaku untuk pikiran bawah sadar. Kalau kita hanya mengubah input maka kualitas output dibatasi oleh program yang digunakan. Jika programnya buruk maka meskipun input diubah maka output tetap tidak bisa maksimal. Saat kita mencoba mengubah suatu pola perilaku atau cara berpikir dengan hanya mengubah input tanpa mengubah program yang ada di bawah sadar maka cepat atau lambat program lama ini akan memicu ulang pola perilaku dan cara berpikir yang lama. Dalam hidup, sering kali lebih mudah bagi kita untuk mengubah program dari pada mengubah input secara permanen.
Ada lima cara untuk masuk ke pikiran bawah sadar yaitu repetisi, identifikasi kelompok/keluarga, informasi yang disampaikan oleh figur yang dipandang mempunyai otoritas, emosi yang intens, dan hipnosis. Kita bisa menggunakan satu cara saja atau kombinasi dari beberapa cara sekaligus. Begitu kita dapat masuk ke pikiran bawah sadar maka akan sangat mudah untuk melakukan perubahan atau modifikasi program.
Pemrograman ulang bawah sadar ada banyak cara. Yang pertama adalah dengan mengubah self-talk kita (untuk self-talk, saya akan bahas di artikel tersendiri). Cara lain adalah dengan visualisasi kreatif, kisah sukses, simbol sukses, dan self-hypnosis. Yang lebih rumit adalah dengan bantuan seorang hipnoterapis yang berpengalaman. Khusus untuk hipnoterapi saya sarankan agar anda mencari orang yang benar-benar kompeten agar jangan sampai terjadi kesalahan prosedur terapi.






selengkapnya..

Hidup adalah pilihan



Hidup adalah sebuah pilihan, yang harus kita bisa memilih. Hal sesuai apa yang kita tuju dalam hidip. Banyak orang mengartikan hidup beraneka ragam, ada yang menganggap hidup adalah sebuah perjuangan, berjuang pada apa yang kita tuju, bisa uang, kebahagian, kebersamaan, dan kedamaian. Namun kita sangatlah bebas mengartikan atau mendefinisikan apa itu uang apa itu kebahagian dan apa itu kedamaian. Walapun kadang ketiga sangat berkorelasi namun kadang juga ketiganya merupakan yang berbeda. Tapi yang jelas ketiganya sangatlah berhubungan, walupun ada beberapa orang yang menyakalnya tapi orang-orang yang seperti ini sangatlah sedikit.

Tujuan hidup tiap-tiap orang sangatlah berbeda dan tentunya sangat berimplikasi pada perbedaan pandangan antar manusia itu dalam mengartikanya. Tujuan hidupku adalah kebahagian, walaupun kebahagian itu sangatlah relatif dan subyektif, untuk itulah manusia yang diberikan akal dan pikiran, sehingga setiap manusia memiliki pandangan, cara dan dunianya masing-masing, yang sangatlah mustahil akal dan pikiran manusia itu di samakan karena manusia itu bukanlah robot yang bisa sama. Maka sangatlah patutlah kalau kita sebagai manusia haruslah sadar bahwa kita tidak mungkin sama pleng dengan manusia lain walaupun kadang kita dilahirkan dalam keadaan kembar, tetap manusia mempunyai dunianya masing-masing. Mari kita hormati keragaman ini.

Alam pikir manusia yang berbeda itu kalau kita dapat mengembang potensinya akanlah sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Karena dengan itu maka kita akan bisa bertukar pikiran, berdiskusi dll. Bayangkan kalau semua pikiran manusia sama tentunya tidak akan ada dinamika dan kecenderungan akan stagnan atau monoton, makanya kita perlu semacam konflik-konflik kecil untuk menggugah kesadaran atau ketiduran kita atas realitas yang harus kita alami. Konflik akan sangat berguna pada saat kita membutuhkan spirit atau semangat untuk melakukan hal-hal yang revolusioner atau perubahan yang mendasar. Karena dengan hanya berprasrah pada proses evolusi alam maka membuat kita ternina bobokkan pada kemapanan yang kadang tidak kita rasakan telah menindas pikiran kita. Penindasan pikiran ini adalah kejahatan yang seringkali sangat berefek besar pada perjalanan hidup manusia. Perjalanan yang dibuat untuk mencapai tujuan hidup sebenarnya.

Setiap manusia mempunyai tujuan hidup yang berbeda dan beraneka ragam yang sangatlah sulit untuk disamakan, walaupun dalam sebuah kontrak sosial yang suci sekalipun antara 2 jenis kelamin manusia. Sehingga sangatlah tidak mungkin kita sering menyalah artikan keharmonisan keluarga itu di identikkan dengan keluarga yang satu kata, keseragaman, kepatuhan, ketertundukan pada salah satu anggota pada anggota keluarga yang lain, walaupun memang dalam kontrak sosial yang suci ini perlu sebuah kesepakatan-kseepakatan bersama. Namun kesepakatan itu bukanlah mengatur akan keseragaman dan kepatuhan yang berujung pada pola relasi patron-klien, karena kalau itu yang munculkan yang terjadi adalah penindasan, perbudakan dan ketidakberdayaan pada salah satu anggota relasi tersebut. Perlu sekali kita kembali merefleksikan selalu tujuan hidup kita dan apa pilihan hidup kita. Namun yang paling perlu kita sadari bersama bahwa manusia diciptakan untuk berbuat untuk melawan segala bentuk penindasan dan memerdekakan bagi yang tertindas. Kita yakin bahwa tidak ada arti hidup kita kalau tidak bermanfaat dan berguna bagi kehidupan kedepan kita. Mari kita lukis kehidupan kita dengan menggoreskan tinta dengan beranekaragam warna yang kita sukai agar indah dan menpunyai spirit untuk membangun sebuah peradapan baru bagi sejarah manusia.

Dau, 27 Januari 2006
gozali

selengkapnya..

Membangun Budaya Positif


“A great civilization is not conquered from without until it has destroyed itself from within. – Sebuah bangsa yang agung tidak dapat terkalahkan kecuali diakibatkan budaya-budaya di dalam masyarakat itu sendiri.”
Will Durant.

Budaya adalah sesuatu yang mempengaruhi pola kehidupan sekaligus dipengaruhi dinamika masyarakatnya. Sehingga perubahan budaya itu sendiri bersifat statis atau tak dapat kita elakkan. Salah satu contohnya adalah budaya Republik Rakyat Tiongkok yang sudah ikut mewarnai kehidupan dan budaya bangsa Indonesia.

oleh Andrie Wongso


Hal itu dikemukakan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada acara Malam Peringatan 50 Tahun Kerjasama Kebudayaan RI dan RRT. Kebetulan saya menjadi salah seorang tamu undangan pada acara yang diselenggarakan pada tanggal 28 Februari 2007 lalu. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa selama ini telah terjalin komunikasi lintas etnis antara bangsa Indonesia dan Tionghoa dan sudah mempengaruhi budaya bangsa Indonesia.

Dalam acara pertunjukan budaya yang dimeriahkan oleh artis-artis RRT dan Indonesia serta dihadiri sejumlah pejabat negara dan sekitar 5.000 orang itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan tegas menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah terbuka dan mampu menyesuaikan diri lewat komunikasi budaya. Pemerintah RI pun mendukung perubahan tersebut, salah satunya adalah menetapkan Hari Raya Imlek sebagai hari libur nasional.

Berbicara tentang ragam budaya yang dinamis dan saling mempengaruhi, sesungguhnya yang terpenting bagi kita adalah mengambil nilai positif dari pengaruh budaya yang ada, terutama di tengah gencarnya pengaruh gaya hidup modern di era globalisasi ini. Sebagaimana seorang ahli sejarah, yaitu Will Durant, menyebutkan bahwa sebuah bangsa yang agung sekalipun dapat hancur akibat budaya bangsa itu sendiri. Sehingga kita harus pandai menyeleksi apakah budaya yang masuk itu menjadikan kita lebih maju ataukah tidak.

Salah satu faktor yang harus kita perhatikan apakah nilai-nilai budaya tersebut membuat kita mampu bersikap saling menghargai? Karena budaya sikap yang membeda-bedakan berdasarkan status, jabatan, pendidikan dan lain sebagainya menjadikan kita sulit mencapai kemajuan. “The way you give your name to others is a measure of how much you like and respect yourself. – Cara Anda menghargai orang lain merupakan tolok ukur seberapa besar cinta dan penghargaan Anda terhadap diri sendiri,” kata Brian Tracy. Sikap saling menghargai memungkinkan kita dapat mengesampingkan perbedaan dan sama-sama aktif mengembangkan diri, berkreasi, berinovasi dan mencapai kemandirian.

Selain itu kita dapat melihat kemajuan pesat yang dicapai bangsa Jepang dalam waktu relatif singkat. Salah satu faktor yang menstimulasi kemajuan tersebut adalah kerja keras bangsa Jepang sendiri. Sedangkan mekanisme di negara tersebut bersifat mendukung dan menghargai kerja keras seseorang. Kitapun kemungkinan besar dapat mencapai kemajuan dalam kurun waktu yang cukup cepat jika kita berusaha menyerap dan menerapkan budaya sikap aktif dan kerja keras seperti yang dilakukan oleh bangsa Jepang.

Salah satu budaya positif lain yang mesti kita miliki adalah kesederhanaan, meskipun mungkin kita dapat hidup serba mewah dan modern. Hidup sederhana bukan berarti tidak memanfaatkan segala fasilitas yang memungkinkan kita lebih maju dalam waktu cukup cepat, melainkan hidup hemat, tidak boros atau berlebih-lebihan.Kata Henry David Thoreau, “A man is rich in proportion to the things he can afford to let alone. – Seseorang yang mampu hidup sederhana, maka ia tidak akan pernah merasa kekurangan.”

Selain itu kita juga harus memperhatikan apakah budaya yang akan kita ikuti bermanfaat bagi kehidupan dan kemanusiaan? Budaya positif haruslah menumbuhkan empati dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena dunia ini penuh dengan orang-orang yang malang. Bagi diri kita sendiri membudayakan sikap yang penuh empati merupakan sumber semangat untuk terus berupaya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Budaya positif lainnya yang mesti kita serap dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya untuk menjadi subyek bukan sekedar menjadi obyek. Artinya, kita harus terbiasa bersikap aktif dan kreatif menciptakan karya baru yang bernilai jual tinggi. Budaya tersebut tentu saja memerlukan kesadaran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, misalnya; senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui kursus, seminar, belajar dari buku dan orang-orang yang sudah berpengalaman dan lain sebagainya.

Sebenarnya masih sangat banyak budaya positif yang sangat bermanfaat untuk membangun kehidupan kita agar menjadi bangsa yang lebih sukses, kuat dan bermartabat. Terlebih di tengah derasnya modernisasi informasi dan serba cepat, kita dapat dengan mudah mengakses budaya-budaya positif dari berbagai macam etnis, suku, atau bangsa lain di seluruh bagian dunia ini. Meskipun mungkin agak sulit memulai, tetapi selama ada kemauan dan kita terus mencoba maka budaya-budaya positif itu lambat laun akan benar-benar menjadi warna kehidupan kita sehari-hari. Michael Jordan mengatakan, “I can accept failure. But I can’t accept not trying. – Saya dapat menerima kegagalan. Tetapi saya tidak dapat menerima jika tidak mencobanya.”


selengkapnya..

Berpendirian Keras


By Rudy Lim

“Saya dulu juga seorang yang sangat berpendirian keras”
~Rudy Lim

Salah satu persoalan terbesar yang telah berlangsung dalam hidup kita adalah banyak dari kita memaksakan pendapat kita kepada orang lain, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa kita tidak pernah keliru. Cara ini meninggalkan ruang kecil perbaikan diri dan melebarkan penghadang jalan menuju sukses. Bayangkanlah 10 orang pelukis terkenal yang sedang duduk tenang mengelilingi meja bundar mengambarkan sebuah apel yang ada di tengah meja. Setiap pelukis itu pasti akan mengambar apel secara berbeda sebab setiap pelukis melihat apel itu secara berbeda.




Sama halnya dengan pendapat, keyakinan-keyakinan yang berbeda tergantung pada banyak faktor dari latar belakang dan lingkungan, dan kita mewarnai pendapat kita dengan faktor-faktor ini. Tragedi menyedihkan dari orang yang berpendirian keras adalah bahwa pendirian itu menghalangi pertumbuhan, kemampuan, dan pemenuhan diri. Pendirian yang keras secara tidak langsung menyatakan kesempurnaan, sementara tidak seorangpun dapat sempurna sepanjang waktu. Inilah kesimpulan pendahulu kita-bahwa orang yang berpendirian keras-untuk menutupi kelemahannya-akan merasa tidak bahagia dan terisolasi.

Apa yang dapat anda buat untuk mencegah diri anda menjadi dogmatis? Anda dapat mengatasi persoalan anda dengan mendengar, mendengarkan pikiran-pikiran orang lain. Anda mungkin saja keliru dengan pendapat anda dan kemudian anda harus punya kemampuan untuk membuat perubahan yang layak.

Menjadi dogmatis itu sifat yang negatif, berpandangan terbuka itu sifat yang positif dan membangun. Sifat yang pertama disebut membawa pada kegagalan dan isolasi diri, sedangkan yang kedua membawa pada sukses dan persahabatan.

Anda dapat berhenti menjadi seorang yang berpendirian keras dengan membuka tangan anda bagi persahabatan dengan orang lain, dengan belajar dari orang lain, dengan menyadari bahwa orang lain memiliki hak-hak yang sama seperti anda, bahwa kita semua ada di dunia ini untuk sukses bukan untuk kegagalan. Jadi anda dapat mengaktifkan kembali mekanisme sukses yang ada dalam diri anda dari pada berpegang pada sifat gagal.
Ingatlah kata-kata James Russel Lowel: “Orang bodoh dan orang mati sajalah yang tidak pernah mengubah pikirannya.”

selengkapnya..

Kubunuh tuhanku


Kehidupan memang nampak sangatlah sulit buatku, aku hidup di keluarga yang sangat aku cintai. Namun itu semua juga telah aku buat rusak semua, karena akau mulai melihat mengapa aku tidak seperti teman2ku di SMU itu. Yang mereka bisa berpikir tentang pacaran, naik sepeda motor bahkan banyak yang bawa mobil, aku lihat itu semua di TV yang Cuma 14” tapi berwarna lho. Kenapa ya orang-orang di TV itu hidupnya begitu enak gitu, mereka bisa main ke Mall, pakai baju yang bagus dan modes, bisa kemana-mana dengan menenteng HP yang type terbaru, yang ada kameranya itu lho.


Sedangkan aku boro-boro mau pakai baju bagus, atau punya HP atau sepeda motor untuk makan besok aja aku harus utang. Yang karena keluargaku hidup di desa yang jauh dari kota, bapakku seorang petani dan kadang ojek, ibuku sering bantu bapak di sawah warisan nenek. Aku tidak menyesal kenapa aku hidup didesa, aku juga tidak menyesal kenapa aku hidup apa adanya. Karena sebenarnya orang tuaku pekerja keras, mereka telah berusaha keras untuk mendapatkan uang, mereka telah bekerja siang-malam untuk mendapatkan uang, bahkan kadang mereka tidak istirahat. Yang itu aku lihat juga sangat mempengaruhi kehidupan keluarga kami, kami jarang ketemu, kalaupun ketemu itupun Cuma malam yang kadang pada saat menjelang tidur. Aku tidak melihat orang tuaku bisa menikmati hidupnya, yang aku lihat mereka begitu semangat untuk mencari uang demi kebutuhan anak-anak seperti aku. Jarang aku lihat bisa bermesraan seperti keluarga-keluarga yang ada di TV, yang kelihatannya hidupnya kok santai, penuh canda dan sering rekreasi kemana-mana, aku benar sangat beringin berimajinasi kalau keluarga nantinya akan seperti itu, hidup dengan kecukupan dan imajinasi itu sangatlah kuat hidup dalam benakku. Kapan aku akan menjadi kaya yaaa. Imajinasi itu begitu kuat hinggap di kepala, sehingga sering aku bermimpi bisa hidup seperti keluarga yang aku lihat di TV-ku itu.
Hingga saat ini aku masih duduk di kelas 2 SMU di kecamatanku. Satu-satunya SMU yang ada di kecamatanku, hampir semua teman-temanku dari orang biasa. Mereka kebanyakkan dari keluarga petani bisa, dan paling banter anak dari cukong atau guru di desaku.

selengkapnya..
 

Mengenai Saya

Foto saya
AKU ADALAH SEORANG PENGEMBARA KATA-KATA